Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Aturan Utama dalam Mengajarkan Matematika kepada Anak SD

Pelajari 3 aturan yang akan membantu Anda mengajarkan matematika secara efektif kepada murid-murid Anda.

Apakah Anda bertanya-tanya bagaimana cara mengajarkan matematika kepada anak-anak? Mengajarkan matematika kepada anak-anak bukanlah tugas yang mudah (meskipun Happy Numbers bisa sangat membantu!). Namun, ada beberapa aturan khusus yang harus Anda ikuti, apa pun tingkat kelas matematika yang Anda ajarkan. Aturan-aturan ini didasarkan pada penelitian selama bertahun-tahun dalam bidang matematika dan bagaimana anak-anak belajar matematika.

Menurut penelitian, Anda harus menumbuhkan pola pikir positif, bergerak dari konkret ke abstrak, dan membuat matematika dapat diterapkan ke dunia nyata. Di bawah ini, pelajari alasan di balik setiap aturan ini dan bagaimana Anda dapat menerapkannya di rumah atau ruang kelas Anda:
3 Aturan Utama dalam Mengajarkan Matematika kepada Anak SD

1. Menumbuhkan Pola Pikir Positif dan Menghilangkan Kecemasan Matematika
Tanpa pola pikir yang benar, anak-anak tidak akan bisa belajar matematika.

Mengapa?

Sayangnya, ketika siswa mengalami kesulitan dalam matematika, mereka dengan cepat memutuskan bahwa "Saya tidak pandai matematika," atau "Saya bukan orang matematika." Kecemasan matematika yang sangat umum dan ditakuti ini bisa datang dari orang tua, siswa lain, atau bahkan siswa itu sendiri.

Banyak siswa yang percaya bahwa kecerdasan atau memiliki kemampuan dalam matematika atau sains adalah sifat yang tetap. Dengan kata lain, siswa mungkin percaya bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengubah kinerja mereka dalam matematika atau sains. Hal ini membuat siswa berada pada posisi yang kurang menguntungkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Carol Dweck. Penelitian tersebut menemukan bahwa "
intervensi yang mengubah pola pikir dapat meningkatkan prestasi dan mengurangi perbedaan prestasi."

Sebaliknya, siswa yang memiliki pola pikir bertumbuh percaya pada kekuatan usaha. Mereka tahu bahwa dengan bekerja lebih keras dan berusaha, mereka dapat mengatasi kesulitan. Pola pikir seperti inilah yang perlu kita kembangkan pada siswa kita. Dengan begitu, mereka dapat mengatasi kesulitan dalam matematika dengan melakukan upaya yang diperlukan untuk belajar memecahkan masalah.

Kabar baiknya, penelitian Dweck menunjukkan bahwa "pendidik memainkan peran kunci dalam membentuk pola pikir siswa." Ini adalah kabar baik bagi para guru karena ini berarti bahwa kita dapat membantu siswa untuk memiliki pola pikir yang lebih positif, dan dengan demikian, mereka akan lebih berhasil.
Cara Menumbuhkan Pola Pikir Positif

Untuk menumbuhkan pola pikir positif atau pola pikir berkembang, Anda harus mengajari anak-anak beberapa psikologi dasar. Ketika anak-anak tahu dan percaya bahwa otak mereka adalah sebuah otot, mereka akan mulai percaya bahwa mereka dapat mempelajari hal-hal baru. Selain itu, Anda dapat mengajarkan anak-anak teknik belajar dasar yang akan membantu mereka mengatasi kesulitan dalam matematika. Sebagai contoh, guru dapat mengajarkan siswa untuk berlatih berbagai soal matematika setiap malam. Atau, guru dapat menginstruksikan anak-anak dalam keterampilan dan strategi untuk mengatasi hambatan dalam belajar.

Menurut penelitian yang dikutip oleh Dweck, nilai siswa yang diajari pola pikir pertumbuhan meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan instruksi ini. Faktanya, nilai kelompok kontrol menurun, sementara nilai kelompok eksperimen meningkat dan membaik.

Ada bukti yang baik bahwa pola pikir pertumbuhan yang positif diperlukan untuk sukses dalam matematika. Jadi, jadikanlah hal ini sebagai bagian penting dari kurikulum Anda!

2. Beranjak dari Konkret ke Abstrak
Anak-anak membutuhkan pengalaman konkret sebelum beralih ke pemahaman matematika yang abstrak.

Mengapa?
Pernahkah Anda masuk ke ruang kelas di mana para siswa sibuk bekerja dengan kubus dasar sepuluh atau manik-manik matematika Montessori? Atau mungkin Anda pernah melihat siswa menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan soal penjumlahan dasar. Alat peraga di ruang kelas matematika sangat membantu banyak siswa.

Menurut penelitian, "prestasi matematika meningkat ketika alat peraga digunakan dengan baik." Selain itu, "Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa alat peraga manipulatif meningkatkan retensi jangka panjang dan jangka pendek anak-anak terhadap matematika."

Dengan menggunakan alat peraga manipulatif, anak-anak beralih dari contoh-contoh konkret menuju pemikiran yang lebih abstrak. Dengan kata lain, menggunakan alat peraga memberikan kesempatan konkret untuk berinteraksi dengan matematika. Angka bukanlah simbol, tetapi jumlah yang sebenarnya ada di depan siswa. Kemudian, secara perlahan, ketika siswa memantapkan pengetahuan mereka, Anda dapat mengarahkan siswa untuk bekerja dengan cara yang lebih abstrak.

Cara Menggunakan Alat Peraga Manipulatif
Anda tidak bisa begitu saja memberikan alat peraga manipulatif kepada siswa dan berharap mereka mengetahui cara menggunakannya. Sebaliknya, guru harus mendemonstrasikan cara menggunakan alat peraga secara efektif. Kemudian, siswa harus memiliki waktu yang cukup untuk mempraktikkan konsep yang diberikan dengan menggunakan alat peraga. Terakhir, setelah guru yakin dengan kemampuan siswa, pendekatan yang lebih abstrak untuk konsep tersebut dapat dilakukan.

Misalnya, guru dapat mengajarkan penjumlahan dengan pengelompokan ulang menggunakan kubus basis sepuluh. Siswa mengganti satuan dengan sepuluh batang sesuai kebutuhan saat melakukan penjumlahan. Setelah banyak berlatih, siswa kemudian dapat diajarkan algoritma tradisional untuk menyelesaikan soal penjumlahan dengan pengelompokan ulang hanya dengan menggunakan pensil dan kertas. Dengan cara ini, siswa secara perlahan beralih dari konkret ke abstrak.

3. Terapkan pada Dunia Nyata
Ketika mengajarkan matematika kepada anak-anak, matematika haruslah berguna di luar kelas matematika.

Mengapa?
Setelah konsep matematika diajarkan, anak-anak harus dapat menggunakannya di dunia nyata. Sebagai contoh, mereka dapat menggunakan matematika mental untuk menjumlahkan total harga barang di keranjang belanjaan mereka. Atau, mereka mungkin menggunakan perkalian untuk menghitung sejumlah besar barang yang dikelompokkan. Dalam lingkungan profesional, insinyur, arsitek, dan profesional lainnya juga menggunakan penalaran dan konsep matematika.

Menurut National Council of Teachers of Math, standar menunjukkan bahwa "Siswa harus memiliki banyak pengalaman dalam menciptakan masalah dari aktivitas dunia nyata." Hal ini menunjukkan bahwa matematika harus melampaui soal-soal dunia nyata yang dibuat untuk tujuan matematika. Sebaliknya, masalah harus berantakan dan membingungkan seperti pemodelan dunia nyata yang sering terjadi.

Pemodelan matematika bisa berantakan dan memiliki banyak jawaban. Pertanyaannya mungkin tidak tepat atau memiliki cara penyelesaian yang bervariasi. Namun, siswa harus memiliki alat matematika dan penalaran untuk memikirkan masalah ini dan menemukan solusinya. Dalam pertukangan, keuangan, dan berbagai bidang lainnya, ada banyak cara untuk memikirkan dan memecahkan masalah. Sebagai contoh, bayangkan Anda sedang membangun sebuah rak. Anda memiliki lima papan, dua di antaranya akan menjadi sisi-sisinya dan tiga di antaranya akan berada di tengah. Apakah Anda akan mengaturnya sehingga papan-papan tersebut memiliki jarak yang sama? Apakah Anda akan menyisakan sedikit ruang di bagian bawah rak? Atau di bagian atas? Apakah ada buku-buku yang lebih tinggi yang membutuhkan ruang yang lebih luas? Ini semua adalah variabel yang dapat berubah tergantung pada situasi dan bahkan pada tukang kayu. Anak-anak harus memiliki kesempatan untuk menghadapi masalah-masalah yang berantakan seperti ini di dalam kelas dengan dukungan seorang guru.

Bagaimana Membuat Matematika Dapat Diterapkan ke Dunia Nyata
Selain soal-soal teka-teki, anak-anak harus memiliki kesempatan untuk mengerjakan soal-soal dunia nyata dan proyek-proyek yang menggunakan pemodelan matematika. Misalnya, mintalah siswa untuk membangun sesuatu bersama-sama. Atau, minta mereka membuat dan menyeimbangkan anggaran. Libatkan siswa dalam proses yang kotor dan berantakan dalam menggunakan matematika untuk memecahkan masalah nyata. Dengan begitu, siswa akan mendapatkan latihan berpikir dalam situasi nyata yang mungkin muncul di kemudian hari.

Intisari Cara Mengajarkan Matematika pada Anak
Mengajarkan matematika kepada anak-anak bukanlah tugas yang mudah. Namun, ini adalah tugas yang sangat penting. Dengan mengikuti tiga aturan berikut, Anda dapat memastikan bahwa anak-anak yang Anda asuh memiliki kesempatan terbaik untuk membawa pembelajaran matematika mereka ke tingkat berikutnya.

Posting Komentar untuk "3 Aturan Utama dalam Mengajarkan Matematika kepada Anak SD"